Kultur jaringan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti sekelompok
sel atau
jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi
aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali.
[1]
Prinsip
Teknik kultur jaringan memanfaatkan
prinsip perbanyakan tumbuhan secara
vegetatif.
[1] Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara
konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi
aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu.
[1] Karena itu teknik ini sering kali disebut
kultur in vitro. Dikatakan
in vitro (
bahasa Latin), berarti "di dalam kaca" karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu.
[2] Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah
Totipotensi.
[3]
Teori ini mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembang biak
karena seluruh bagian tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup.
[3] Oleh karena itu, semua
organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis dengan induknya.
[3]
Prasyarat
Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung kehidupan
jaringan yang dibiakkan.
[2] Hal yang paling esensial adalah wadah dan
media tumbuh yang
steril.
[4] Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil
nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan.
[2] Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya.
[2]
Media
Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair.
[2] Media padat pada umumnya berupa padatan
gel, seperti
agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar.
[2] Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di
air.
[2] Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan.
[2] Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda komposisinya.
[4] Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan
eksplan yang ditumbuhkan secara
in vitro.
[5]
Media Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi
unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman.
[6]
Nutrien yang tersedia di media berguna untuk
metabolisme, dan
vitamin pada media dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi.
[7][8] Pada media MS, tidak terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada media (eksogen).
[7] ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
[7] Interaksi
dan keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media (eksogen) dan
yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan
suatu
kultur.
[7][8]
Penambahan
hormon tumbuhan atau
zat pengatur tumbuh
pada jaringan parenkim dapat mengembalikan jaringan ini menjadi
meristematik kembali dan berkembang menjadi jaringan adventif tempat
pucuk,
tunas,
akar maupun
daun pada lokasi yang tidak semestinya.
[9] Proses ini dikenal dengan peristiwa
dediferensiasi. Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan aktivitas pembelahan, pembesaran sel, dan perkembangan jaringan.
[9]
Beberapa
jaringan
yang lambat dalam pertumbuhan mereka. Bagi mereka akan ada dua pilihan:
(i) Optimalisasi media tumbuh, (ii) Membudidayakan sehat dan penuh
semangat tumbuh jaringan atau varietas.
[10]
Necrosis bisa merusak jaringan kultur. Umumnya, nekrosis kultur
jaringan bervariasi dalam varietas yang berbeda dari tanaman. Dengan
demikian, dapat dikelola oleh kultur sehat dan penuh semangat tumbuh
varietas.
[10]
Metode
Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui perbanyakan
tunas dari mata
tunas apikal, melalui pembentukan
tunas adventif, dan
embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun melalui tahap pembentukan
kalus.
[2] Ada beberapa tipe
jaringan yang digunakan sebagai
eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan.
[5]
Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan
masih aktif membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan
regenerasi yang tinggi.
[5] Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan pada
tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun
kambium batang.
[11] Tipe jaringan yang kedua adalah
jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya.
[11]
Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah
berfotosintesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai
tempat
cadangan makanan.
[11].
sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kultur_jaringan